Kuliner diPapua
Salam Jelajah Gizi,
Berbicara mengenai apa saja sih kuliner khas
di nusantara, tentunya hampir semua daerah di Indonesia memiliki makanan
khas masing-masing dengan berbagai cita rasa yang berbeda tentunya.
Kuliner-kuliner ini pun sangat beragam, ada yang bisa sebagai makanan
pokok atau istilah kasarnya makanan berat, ada juga kuliner yang hanya
sekedar sebagai cemilan atau makanan ringan.
Kita pun pastinya sudah
sering mendengar bahkan pernah merasakan berbagai macam kuliner khas
nusantara yang sudah begitu terkenal semisal rendang, makanan dari
daging yang merupakan kuliner khas Padang (Sumatra Barat), juga berbagai
kuliner makanan ringan semacam Batagor dan Siomay yang berasal dari
Bandung (Jawa Barat).
Selain itu terdapat juga beberapa kuliner khas
nusantara lainnya yang sudah pasti tidak asing lagi ditelinga kita
seperti Pempek Palembang (Sumatra Selatan), lalu ada Gudeg di Jogja,
Soto Banjar (Kalimantan), Coto Makassar (Sulawesi Selatan), Bubur Manado
(Sulawesi Utara) dan masih banyak lagi kuliner nusantara di
daerah-daerah lain yang tentunya memiliki berbagai macam keunikan rasa
pada makanannya. Itulah kelebihanan kita sebagai bangsa Indonesia,
bangsa yang begitu kaya akan kuliner makanannya.
Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi sedikit cerita mengenai
salah satu makanan atau kuliner khas nusantara di Indonesia, namun
kuliner kali ini bukan dari nama-nama makanan yang sudah saya disebutkan
diatas tadi. Kali ini saya akan mencoba mengajak kita sedikit jauh ke
bagianTimur Indonesia untuk mengenal salah satu kuliner khas masyarakat
disana, yaitu Papeda.
Ya Papeda, begitu cara orang menyebutnya
disana. Saya yakin diantara kita pasti belum banyak yang mengetahui
tentang salah satu makanan khas Indonesia Timur ini. Banyak juga yang
pasti bertanya apa sih Papeda itu, bagaimana rasanya, terbuat dari apa,
bagaimana bentuknya?
Nah, biar tidak penasaran, langsung saja ya saya bagi ceritanya hehehe…
Papeda merupakan salah satu makanan khas di Papua yang terbuat dari
Sagu. Membuat Papeda ini nampaknya sudah merupakan tradisi turun temurun
masyarakat disana. Namun sebelum menjadi Papeda, proses pengambilan
sagu dari pohon sagu terlebih dahulu dilakukan dengan cara pohon sagu
yang sudah siap panen (usia 7-10 tahun) ditebang hingga tumbang,
kemudian batangnya dibelah menjadi dua bagian. Isi dari batangnya itulah
yang akan diambil menjadi sagu, proses pengambilan Sagu di Papua
dinamakan menokok. Pengambilannya menggunakan alat-alat tradisional yang
dikerjakan lebih dari 2-3 orang. Jika sudah diambil maka sagu yang
masih mentah akan didiamkan beberapa hari terlebih dahulu didalam tempat
yang disebut tumang. Setelah itu barulah proses pembuatan sagu tadi
diolah menjadi Papeda. Agak rumit kan? Hehehe..
Bentuk Papeda itu sendiri jika sudah jadi akan menyerupai lem kanji
dan sangat kenyal, makanan ini biasanya dipakai sebagai pengganti
makanan pokok sehari-hari kita seperti nasi. Makanya kalau disajikan,
Papeda harus menggunakan lauk seperti Ikan dan sayur-sayuran lainnya.
Papeda ini tidak mempunyai rasa, karena memang hanya terbuat dari Sagu
tanpa campuran bumbu penyedap lainnya, proses pembuatannya juga cukup
simple karena hanya memerlukan air panas yang sudah mendidih untuk
dicampur kedalam adonan sagu lalu kemudian diaduk hingga berbentuk
Papeda.
Namun jangan salah, meskipun kelihatannya mudah dan relative sangat
gampang pembuatannya, bagi yang belum berpengalaman dalam membuat Papeda
tapi mau mencobanya bisa jadi akan gagal karena beberapa faktor.
Misalnya campuran air pada adonan sagunya terlalu banyak sehingga Papeda
akan terlalu cair dan tidak dapat kita makan. Begitu juga sebaliknya
jika campuran airnya terlalu sedikit atau kurang terhadap adonan sagu,
maka akan menyebabkan Papeda kita menjadi sedikit keras sehingga Papeda
tidak dapat kita makan. Satu hal lagi yang bisa menyebabkan pembuatan
Papeda kita gagal adalah faktor suhu air yang kurang begitu panas. Jika
air tidak panas hingga mendidih maka adonan sagu yang dicampurkan dengan
air tidak akan membentuk Papeda. Makanya bagi yang belum ahli dalam
membuat Papeda tapi ingin mencobannya sebaiknya ditemani oleh mereka
yang sudah berpengalaman agar Papedanya dapat jadi dengan sempurna. Di
Papua tidak semua orang dapat membuat Papeda meskipun bahan Sagu disana
sangat mudah diperoleh, bahkan saya sendiri sampai saat ini belum mampu
membuat Papeda meskipun saya asli lahir dan besar disana hehehe…
Papeda biasanya jika sudah jadi akan dihidangkan bersama lauk seperti
Ikan yang dimasak dengan kuah kuning. Disebut kuah kuning karena memang
warna kuahnya berwarna kuning yang diperoleh dari campuran kunyit.
Untuk sayuran, paling pas disajikan bersama sayur kangkung yang ditumis
dengan sedikit kolaborasi bunga pepaya didalamnya. Khusus bagi mereka
yang suka pedas, dapat disesuiakan sesuai selera dengan tambahan cabe
pada bumbu kuah ikan. Atau jika tidak mau dicampur kedalam bumbu kuah
ikan, sambal dapat dibuat terpisah untuk dapat lebih mudah menyesuaikan
tingkat kepedasannya.
Rasa Papeda yang menyatu dengan bumbu kuah ikan dijamin akan membuat
kita ketagihan, Sedikit pedas dan asem khas jeruk nipis itulah yang
pertama kali kita rasakan saat Papeda menyentuh lidah kita. Ditambah
dengan perpaduan ikan dan sayurannya juga akan semakin melengkapi
nikmatnya menyantap Papeda.
Untuk ikan, sebenarnya ikan apa saja dapat kita gunakan sebagai lauk
dalam menyajikan Papeda. Namun biasanya yang paling sering dipakai
adalah ikan laut seperti ikan Mubara dan ikan tongkol. Entah karena
rasanya yang pas untuk Papeda atau memang kebanyakan selera masyarakat
lebih menyukai menggunakan ikan tersebut. Selain itu, ikan air tawar
seperti ikan mujair juga dapat kita pakai sebagai lauk untuk menemani
dalam menyantap papeda. Bumbu-bumbu dalam memasak ikan juga tidak kalah
penting dalam menentukan rasa saat menyantap Papeda.
Cara menyantap makanan khas Papua yang satu ini juga terbilang cukup
unik, mulai dari cara pemindahan Papeda ke piring makan kita hingga kita
menyantapnya pun mempunyai trik-trik khusus yang bisa jadi tidak pernah
kita jumpai sebelumnya.
Di Papua, Papeda yang sudah jadi didalam tempayan atau tempat makanan
yang besar kemudian dipindahkan ke piring makan kita memakai alat makan
sejenis garpu yang bentuknya agak panjang dan terbuat dari kayu.
Pengambilannya memerlukan dua buah garpu kayu dengan cara menggulung
Papeda yang berbentuk kenyal itu agar membentuk satu bongkahan Papeda
yang kemudian dipindahkan ke dalam piring makan kita.
Kuah ikan dan lauk lainnya sebaiknya jangan dulu dimasukan kedalam
piring sebelum Papeda dimasukan agar nantinya tidak tumpah jika Papeda
dimasukan kedalam piring. Biarkan saja dulu piring makan kosong dan
setelah Papeda diletakan kedalam piring menggunakan garpu kayu, barulah
disusul dengan memasukan kuah dan ikan serta lauk lainnya.
Untuk cara memakannya, kita dapat memakai sendok makan biasa dengan
cara memotong Papeda kedalam ukuran yang agak kecil lalu kemudian kita
makan. Papeda sendiri tidak perlu di kunyah didalam mulut seperti halnya
kita mengunyah nasi. Papeda cukup dimasukan kedalam mulut dan sudah
bisa ditelan tanpa harus mengunyah lagi. Hal ini karena bentuk tekstur
Papeda yang sangat kenyal sehingga memudahkan kita untuk dapat langsung
menelannya.
Nah itu tadi beberapa keunikan dari Papeda, makanan yang sangat
terkenal di Papua dan beberapa daerah lain di kawasan Indonesia bagian
Timur seperti Maluku.
Selain unik, mengkonsumsi Papeda juga mempunyai khasiat yang sangat
baik untuk tubuh kita. Kadar karbohidrat dalam Papeda sangat banyak
setara dengan nasi sehingga kita dapat menjadi kenyang dan bertenaga
setelah mengkonsumsi Papeda. Itulah mengapa di kawasan Indonesia bagian
Timur masyarakatnya kadang menjadikan Papeda sebagai makanan pokok
pengganti nasi.
Mengkonsumsi Papeda secara rutin juga dipercaya
dapat menghilangkan penyakit seperti batu ginjal karena sifat Papeda
yang berfungsi sebagai pembersih organ-organ didalam tubuh manusia. Bagi
yang sering merokok,dianjurkan juga mengkonsumsi makanan khas Papua
yang satu ini karena dapat secara perlahan membersihkan paru-paru kita.
Selain itu juga terdapat beberapa penyakit lainnya yang bisa disembuhkan
lewat konsumsi Papeda yang notabane berbahan dasar sagu ini, misalnya :
-Untuk melambatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, baik untuk penderita diabetes mellitus.
-Serat pangan yang dikandung oleh Papeda juga berfungsi sebagai pre-biotik yang berfungsi menjaga mikroflora usus.
-Meningkatkan kekebalan tubuh kita.
– Mengurangi resiko terkena kanker usus..
-Untuk mempermudah buang air besar. [Sumber id.shvoong.com]
Itulah beberapa kelebihan dari Papeda, selain rasanya yang enak serta
cara penyajian yang unik, juga dapat memberikan manfaat tidak langsung
lainnya bagi tubuh kita. So, Bagi teman-teman yang suatu saat nanti
berkesempatan berkunjung ke Papua atau kawasan Indonesia Timur lainnya,
tidak ada salahnya jika mencoba makanan berbahan dasar Sagu ini. Tidak
perlu takut untuk harus membuatnya karena di Papua hampir semua rumah
makan dan restoran-restoran lainnya sudah mempunyai menu khusus yang
menyajikan Papeda.
Untuk teman-teman yang penasaran tapi belum sempat pergi ke Papua,
tidakusah khawatir. Resep serta cara pembuatan Papeda plus ikan kuah
kuningnya banyak kok di google. Di search bentar saja pasti ketemu kok.
Semoga dengan tulisan singkat ini dapat kembali membangkitkan rasa
cinta kita semua untuk mau lebih banyak mengenal berbagai macam kuliner
khas nusantara kita.
Sekian dan sekali lagi, Salam Jelajah Gizi.
Sumber:https://www.google.com/search?q=Kuliner+diPapua&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wisata diMalaysia
Tempat Wisata di Malaysia yang Wajib Dikunjungi 1. Taman Nasional Gunung Mulu Taman Nasional Gunung Mulu Taman Nasional (TN) Gunun...
-
Tempat Wisata di Dumai Terbaru yang Menarik Dikunjungi 1. Pantai Purnama Photo by @zessaptri_ Lokasi: Purnama, Dumai Bar., Kot...
-
Makanan Khas Indonesia Paling Enak dan Populer 1. Mie Aceh Mie Aceh sangat jelas berasal dari daerah Aceh. Mie ini salah satu makanan k...
-
Kuliner diNusantara SARAPAN PAGI KULINER NASI OMELET YANG SEHAT DAN NIKMAT BERVARIASI Nasi omelet bervariasi termasuk dalam ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar